https://tangerang.times.co.id/
Berita

Masjid Asy-Syukur Giriasih, Jejak Penyebaran Islam oleh Sunan Kalijaga di Gunungkidul

Kamis, 13 Februari 2025 - 13:56
Masjid Asy-Syukur Giriasih, Jejak Penyebaran Islam oleh Sunan Kalijaga di Gunungkidul Mustaka gerabah peninggalan Walisongo (FOTO: Edis/TIMES Indonesia)

TIMES TANGERANG, GUNUNGKIDUL – Jejak peninggalan ulama nusantara, termasuk Wali Songo, tersebar di banyak wilayah tanah air. Salah satunya Masjid Asy-Syukur masjid kuno di Padukuhan Trasih, Kalurahan Giriasih, Kapanewon Purwosari, Kabupaten Gunungkidul yang dipercaya sebagai warisan Sunan Kalijaga.

Masjid ini berdiri di atas tanah Sultan Ground (SG) dan memiliki nilai sejarah yang erat kaitannya dengan perkembangan Islam di wilayah tersebut.

Masjid Asy-Syukur didirikan oleh Sunan Kalijaga, salah satu Wali Songo, konon pada Jumat Wage 926 H atau 1505 M. Awalnya, bangunannya sederhana, terbuat dari bambu dengan atap ilalang. Namun, masyarakat setempat belum menggunakannya sebagai tempat ibadah karena menganggapnya sebagai tempat keramat.

peninggalan-2.jpgMasjid Asy Syukur renovasi ke 2 (FOTO: Edis/TIMES Indonesia)

Seiring waktu, masjid ini mengalami beberapa renovasi. Pada 1982, masyarakat membangun kembali masjid secara swadaya. Hingga kini, masjid telah direnovasi tiga kali dan mulai difungsikan sebagai tempat ibadah serta pusat kegiatan sosial dan keagamaan.

Letaknya yang strategis di simpang empat Padukuhan Trasih menjadikannya tidak hanya sebagai saksi sejarah penyebaran Islam di Gunungkidul, tetapi juga sebagai pusat aktivitas masyarakat.

"Masjid Asy-Syukur bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga menjadi simbol sejarah penyebaran Islam di Giriasih," ujar Wakil Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Asy-Syukur, Widiyantoro, Kamis (13/2/2025). 

Keberadaan masjid ini diperkuat dengan beberapa peninggalan sejarah, seperti batu bata merah berukiran denah bangunan dan dua mustaka (mahkota atap) berbahan gerabah. Salah satu mustaka hilang secara misterius, sementara yang lainnya masih terjaga hingga kini.

Pada awal pendiriannya, Masjid Asy-Syukur berdiri di dekat Pasar Joho, sebuah pasar tradisional yang terletak di depan masjid. Namun, seiring waktu, pasar tersebut menghilang, dan lahannya kini digunakan untuk bangunan taman kanak-kanak (TK).

Lurah Giriasih, Suwitana, menyebutkan bahwa Masjid Asy-Syukur memiliki keterkaitan erat dengan berdirinya Kalurahan Giriasih.

Jejak Sejarah Masjid Asy-Syukur

Pada akhir abad ke-15, saat Kerajaan Majapahit mengalami kemunduran, banyak keturunannya menyebar ke berbagai daerah. Salah satu tokoh penting di Trasih adalah Raden Wonoboyo, keturunan Prabu Brawijaya V. Sebelum melanjutkan perjalanannya, ia memberikan mandat kepada Ki Trobongso untuk mengelola wilayah ini.

peninggalan-3.jpgMasjid Asy Syukur saat ini setelah mengalami renovasi beberapa kali (FOTO: Edis/TIMES Indonesia)

Konon, Masjid Asy-Syukur ditemukan oleh Ki Mudin, seorang tokoh yang menerima tanah sesigar semongko dari Ki Trobongso. Saat membersihkan lahan tersebut, ia menemukan bangunan kecil berbahan kayu dan bata merah yang diyakini sebagai peninggalan Sunan Kalijaga.

Ki Mudin kemudian melaporkan temuannya kepada Ki Trobongso dan kerabatnya. Dalam musyawarah, ia mengusulkan nama "Tlasih" untuk wilayah tersebut, berasal dari bahasa Jawa Tilase Isih, yang berarti "peninggalan yang masih ada," merujuk pada masjid peninggalan Sunan Kalijaga.

Menariknya, penyerahan tanah kepada Ki Mudin juga terjadi pada Jumat Wage, hari yang sama dengan pendirian Masjid Asy-Syukur. Setelah menerima tanah tersebut, Ki Mudin dan keluarganya menetap di wilayah ini, sementara Ki Trobongso mempercayakannya untuk memimpin daerah tersebut.

"Masjid ini menjadi titik awal perkembangan Giriasih. Dari tempat ibadah ini, muncul komunitas masyarakat yang berkembang menjadi perkampungan hingga akhirnya menjadi bagian dari wilayah administratif yang kini dikenal sebagai Kalurahan Giriasih," jelas Suwitana.

Pelestarian Masjid

Sebagai bentuk pengakuan atas nilai sejarahnya, Masjid Asy-Syukur dicatat dalam asal-usul Kalurahan Giriasih dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDES) Giriasih.

"Pencatatan ini bertujuan untuk memastikan pelestariannya sebagai bagian dari warisan budaya dan sejarah yang terus dijaga oleh masyarakat," ungkapnya.

Kasi Pemerintahan atau Jogoboyo Kalurahan Giriasih, Subarna, menyebutkan bahwa luas Masjid Asy-Syukur saat ini mencapai 363 m², menyesuaikan dengan perkembangan masyarakat dan infrastruktur di Padukuhan Trasih.

Pada 1937, lahan masjid ini secara resmi ditetapkan sebagai tanah untuk masjid, meskipun kepemilikannya tetap berada di bawah Kasultanan Yogyakarta.

Pengukuran dan pendataan dilakukan oleh Djawatan Agraria DIY, yang mencatat beberapa titik penting di wilayah Trasih, seperti kuburan umum yang ditandai dengan kode merah angka 4 serta kuburan hewan dengan kode merah angka 6.

Kuburan hewan tersebut kini telah berubah fungsi menjadi Balai Padukuhan Trasih, pusat kegiatan masyarakat setempat.

Sebagai warisan Sunan Kalijaga, Masjid Asy-Syukur tetap berdiri kokoh, menjadi bagian dari sejarah Islam di Kabupaten Gunungkidul serta terus berfungsi sebagai tempat ibadah dan pusat aktivitas keagamaan masyarakat. (*)

Pewarta : Edy Setyawan
Editor : Ronny Wicaksono
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Tangerang just now

Welcome to TIMES Tangerang

TIMES Tangerang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.