https://tangerang.times.co.id/
Opini

Saatnya Mahasiswa Jadi Pemain di Era AI

Kamis, 13 November 2025 - 19:45
Saatnya Mahasiswa Jadi Pemain di Era AI Dr. Anah Furyanah, S.E., M.M., Akademisi di Universitas Pamulang.

TIMES TANGERANG, TANGERANG – Kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) bukan lagi sekadar jargon futuristik yang hanya ada di film-film fiksi ilmiah. Ia telah hadir di ruang kerja, ruang belajar, hingga ruang pribadi kita sehari-hari. 

Dari mesin pencari yang memahami niat pengguna, aplikasi desain otomatis, hingga chatbot yang mampu menulis esai dalam hitungan detik semua itu menandai satu hal: AI bukan tren sesaat, melainkan transformasi peradaban.

Berbagai laporan global mencatat, pasar AI tumbuh pesat dengan rata-rata pertumbuhan tahunan mencapai 47 persen antara tahun 2020–2025, dan diperkirakan terus meningkat hingga 2034. 

Artinya, dunia sedang bergerak menuju era baru era di mana kemampuan memahami, memanfaatkan, dan berinovasi dengan AI menjadi kunci utama kesuksesan. Dalam lanskap ini, mahasiswa tidak lagi cukup hanya menjadi penonton. Mereka harus menjadi pemain, bahkan kreator perubahan.

Mahasiswa hari ini punya posisi strategis. Mereka bukan sekadar generasi penerus, tetapi game changers generasi penggerak yang menentukan wajah masa depan. Dengan teknologi AI yang semakin mudah diakses, mahasiswa bisa memulai dari hal sederhana: membangun aplikasi berbasis AI untuk membantu UMKM mencatat keuangan digital, menciptakan konten kreatif melalui generative AI, atau mengembangkan platform inovatif dari ide-ide segar di kelas. Modalnya bukan harta, tapi rasa ingin tahu, keberanian mencoba, dan literasi digital yang kuat.

Peluang besar selalu datang dengan risiko besar pula. Generasi yang paling akrab dengan dunia digital justru berisiko menjadi korban dari arus yang mereka ciptakan sendiri. Kita hidup dalam budaya yang membuat jari aktif, tapi pikiran pasif. Terlalu banyak scrolling, tapi minim creating. Tantangan terbesar mahasiswa bukan pada kurangnya akses teknologi, melainkan pada ketergantungan terhadap konsumsi digital tanpa aksi nyata.

Setidaknya ada tiga jebakan yang sering dialami generasi digital: digital overload, di mana terlalu banyak informasi justru membuat kebingungan; loss of focus, karena terbiasa dengan kepuasan instan; dan identity crisis, saat seseorang lebih sibuk mengikuti tren ketimbang membangun nilai diri sendiri. Semua ini menjadikan mahasiswa cerdas secara digital, tapi lemah secara kreatif.

Maka, yang perlu dilakukan bukan sekadar menguasai alat, tetapi mengubah pola pikir. Inilah saatnya mahasiswa membangun mindset baru untuk menjadi generasi AI. 

Pertama, be curious, not passive, jangan hanya menggunakan AI, tapi pahami cara kerjanya, eksplor potensinya, dan ciptakan nilai baru darinya. 

Kedua, create, don’t just scroll, ubah waktu berselancar di media sosial menjadi waktu berkarya: menulis, mendesain, membangun ide bisnis, atau memulai proyek sosial. 

Ketiga, collaborate, not compete, karena dunia AI adalah dunia kolaborasi. Inovasi lahir bukan dari persaingan ego, tapi dari pertemuan ide lintas disiplin.

Kita harus ingat, AI adalah mitra, bukan pengganti manusia. Mesin bisa mempercepat proses, tetapi kreativitas, empati, dan intuisi tetap milik manusia. Ketika human creativity berpadu dengan AI capability, maka lahirlah inovasi yang berdaya guna dan bermakna. Mahasiswa yang mampu memadukan keduanya akan memiliki future-proof skills keterampilan masa depan yang akan selalu relevan di mana pun mereka bekerja.

Sayangnya, sebagian mahasiswa masih menganggap AI hanya alat bantu untuk menyelesaikan tugas kuliah dengan cepat. Padahal, AI seharusnya dijadikan laboratorium ide. 

Kampus hari ini bukan lagi sekadar ruang kuliah, tetapi arena inovasi. Mereka yang cerdas bukan yang paling banyak menggunakan AI, melainkan yang paling mampu menjadikan AI sebagai katalis ide besar. Di era ini, creativity adalah mata uang baru, dan kemampuan berpikir kritis menjadi tiket utama menuju masa depan.

Mari jujur dunia digital hari ini tidak menunggu siapa pun. Ia bergerak cepat, dan hanya mereka yang adaptif yang akan bertahan. Karena itu, mahasiswa tidak bisa lagi sekadar mengamati perubahan dari kejauhan. 

Jangan hanya scroll, tapi ciptakan sesuatu. Jangan hanya jadi penonton, tapi jadilah pemain. Gunakan AI untuk berbuat, bukan sekadar tahu. Gunakan teknologi untuk membangun makna, bukan sekadar mengejar tren.

“If AI is changing the world that fast, students must not wait for the future they must build it.” Kalimat ini bukan sekadar kutipan motivasi, melainkan seruan moral bagi seluruh mahasiswa Indonesia. 

Masa depan tidak ditunggu, tetapi dibentuk lewat keberanian berpikir, keuletan belajar, dan kemauan berinovasi. Kampus harus menjadi ekosistem yang melahirkan pelaku, bukan pengikut; inovator, bukan peniru.

Saat dunia berubah dalam kecepatan algoritma, mari pastikan mahasiswa Indonesia tidak tertinggal. Jadikan ruang kuliah bukan sekadar tempat mendengar teori, tapi tempat melahirkan gagasan dan karya. Sejatinya, era AI bukan ancaman bagi yang siap belajar, tapi panggung bagi mereka yang berani bermain di tengah perubahan.

 

***

*) Oleh : Dr. Anah Furyanah, S.E., M.M., Akademisi di Universitas Pamulang.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

 

____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

Pewarta : Hainor Rahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Tangerang just now

Welcome to TIMES Tangerang

TIMES Tangerang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.