TIMES TANGERANG, TANGERANG – Generasi Z, yang lahir antara tahun 1997 dan 2012, tumbuh dalam dunia yang didominasi oleh teknologi digital. Dengan kemajuan teknologi yang pesat, personal branding bagi Gen Z menjadi lebih penting dan kompleks. Mereka menghadapi tantangan dan peluang unik dalam membangun identitas dan citra diri mereka secara online. Bagaimana generasi ini memanfaatkan platform digital untuk membangun personal branding yang kuat dan berpengaruh?
Personal branding adalah proses membangun dan mempromosikan identitas diri yang unik, dan untuk Gen Z, ini tidak lagi hanya tentang CV yang rapi atau pencapaian akademis yang luar biasa. Di era digital, personal branding melibatkan pencitraan diri yang konsisten di berbagai platform media sosial, seperti Instagram, TikTok, YouTube, dan LinkedIn. Platform-platform ini memungkinkan Gen Z untuk menunjukkan keahlian, hobi, dan nilai-nilai mereka kepada dunia dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Salah satu aspek terpenting dari personal branding di era digital adalah autentisitas. Gen Z cenderung menghargai keaslian dan transparansi lebih dari generasi sebelumnya. Mereka lebih tertarik pada konten yang jujur dan asli daripada yang terlihat terlalu dipoles atau dipenuhi oleh iklan. Influencer dan figur publik yang menunjukkan sisi manusiawi mereka sering kali mendapatkan kepercayaan dan loyalitas yang lebih besar dari pengikut mereka. Contohnya adalah bagaimana banyak influencer berbagi cerita tentang perjuangan pribadi mereka, seperti masalah kesehatan mental, tantangan karier, atau pengalaman hidup sehari-hari, yang membuat mereka tampak lebih dekat dan relatable bagi audiens mereka.
Selain autentisitas, konsistensi juga menjadi kunci dalam personal branding. Gen Z perlu memastikan bahwa citra yang mereka tampilkan di berbagai platform adalah konsisten dan mencerminkan identitas mereka secara keseluruhan. Ini melibatkan pemilihan foto, kata-kata, dan konten yang sesuai dengan pesan yang ingin mereka sampaikan. Misalnya, seorang profesional muda yang ingin membangun reputasi di bidang teknologi perlu memposting konten terkait inovasi teknologi, proyek yang sedang dikerjakan, dan pandangan mereka tentang perkembangan industri tersebut.
Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa era digital juga membawa tantangan tersendiri. Overexposure atau eksposur berlebihan bisa menjadi pedang bermata dua. Terlalu banyak membagikan informasi pribadi dapat mengundang risiko privasi dan keamanan. Oleh karena itu, Gen Z harus pintar dalam memilah informasi mana yang layak dibagikan dan mana yang sebaiknya tetap pribadi. Selain itu, mereka harus menyadari bahwa jejak digital yang mereka tinggalkan dapat berdampak jangka panjang, baik positif maupun negatif.
Tekanan untuk selalu terlihat sempurna dan sukses di media sosial bisa menimbulkan dampak psikologis negatif. Rasa cemas dan depresi sering kali muncul akibat perbandingan sosial yang terus-menerus. Gen Z perlu memahami bahwa media sosial seringkali hanya menampilkan sisi terbaik dari kehidupan seseorang, dan penting untuk menjaga keseimbangan antara kehidupan online dan offline. Mengambil jeda dari media sosial secara berkala bisa membantu mereka untuk kembali fokus pada kehidupan nyata dan kesejahteraan mental mereka.
Selain menjaga autentisitas dan konsistensi, Gen Z juga perlu memanfaatkan alat dan strategi digital untuk meningkatkan personal branding mereka. Penggunaan SEO (Search Engine Optimization) untuk meningkatkan visibilitas di mesin pencari, serta memahami analitik media sosial untuk mengetahui apa yang paling efektif bagi audiens mereka, adalah keterampilan penting. Mereka juga bisa menggunakan fitur-fitur baru dari platform sosial seperti Instagram Stories, TikTok Challenges, atau LinkedIn Articles untuk terus berinovasi dalam konten mereka.
Gen Z juga harus membangun jaringan yang kuat secara online dan offline. Networking bukan hanya tentang menambah jumlah koneksi, tetapi juga tentang membangun hubungan yang bermakna. Mengikuti webinar, bergabung dalam komunitas online yang relevan, atau menghadiri acara industri bisa membuka banyak peluang baru dan membantu mereka untuk terus berkembang dalam karier dan personal branding mereka.
Personal branding bagi Gen Z di era digital adalah seni yang memadukan autentisitas dan konsistensi, dengan pemahaman mendalam tentang alat dan strategi digital. Dengan memanfaatkan kekuatan platform digital, mereka memiliki kesempatan untuk membangun identitas diri yang kuat dan berpengaruh. Namun, mereka juga perlu berhati-hati terhadap risiko yang datang bersamaan dengan eksposur digital yang berlebihan.
Pada akhirnya, kunci keberhasilan personal branding terletak pada kemampuan untuk tetap menjadi diri sendiri, sambil terus beradaptasi dengan dinamika dunia digital yang selalu berubah. Dengan demikian, harapannya Gen Z tidak hanya dapat mencapai tujuan pribadi dan profesional mereka, tetapi juga memberikan dampak positif bagi komunitas mereka.
***
*) Oleh : Haikal Fadliansyah, Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Pamulang.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
Pewarta | : Hainorrahman |
Editor | : Hainorrahman |