TIMES TANGERANG, JAKARTA – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menegaskan pentingnya membangun ketahanan mental masyarakat dalam menghadapi berbagai krisis yang terjadi, mulai dari bencana alam, tekanan sosial, hingga dampak era digital.
Direktur Pelayanan Kesehatan Kelompok Rentan Kemenkes, Imran Pambudi, mengatakan tema global Hari Kesehatan Jiwa Sedunia (HKJS) 2025 adalah “Kesehatan Jiwa di Kala Katastropi dan Bencana”, yang menyoroti pentingnya kesiapan mental di setiap situasi, termasuk masa-masa krisis.
“Ada tiga bentuk krisis yang perlu dihadapi, yakni krisis alam, sosial, dan digital. Kesiapan ketahanan mental sangat diperlukan untuk menghadapinya,” ujar Imran di Jakarta, Rabu (8/10/2025).
Terkait krisis alam, Imran menjelaskan bahwa perubahan iklim turut berdampak pada kesehatan mental masyarakat. Ia mencontohkan fenomena hujan es di Menteng, Jakarta, serta angin puting beliung di Tangerang, Banten, yang menimbulkan stres di tengah masyarakat.
“Bahkan di negara seperti Arab Saudi, yang sebelumnya tidak pernah mengalami salju, kini turun salju. Fenomena seperti ini juga bisa memicu stres,” katanya.
Menurut Imran, pemulihan masyarakat pascabencana harus mencakup dukungan kesehatan jiwa dan sosial ekonomi. Ia menekankan pentingnya membangun lingkungan kerja, sekolah, dan komunitas yang peduli terhadap kesehatan mental agar masyarakat saling mendukung dan tidak merasa sendirian.
Indonesia, kata Imran, memiliki modal sosial berupa optimisme masyarakat yang tinggi. Ia mengutip hasil studi dari Prancis yang menunjukkan bahwa indeks kebahagiaan Indonesia lebih tinggi dibanding banyak negara Eropa, meski kondisi politik dan ekonomi tidak selalu stabil.
“Negara kita tidak terlalu kaya, tapi indeks kebahagiaannya di atas 80 persen. Di Eropa seperti Jerman, angkanya di bawah 50 persen,” ucapnya.
Optimisme tersebut, lanjut Imran, perlu diarahkan melalui kebijakan publik yang lebih berpihak pada peningkatan kesejahteraan mental.
Imran juga menegaskan bahwa kesehatan jiwa perlu dijaga oleh seluruh lapisan masyarakat, mulai dari anak-anak hingga lansia. Sebab, gangguan jiwa menjadi penyebab kedua tertinggi hilangnya tahun produktif akibat disabilitas (Years Lived with Disability/YLDs). Sementara itu, kekerasan dan tindakan menyakiti diri sendiri menempati posisi ke-20.
Untuk mengatasi hal tersebut, Kemenkes terus memperkuat layanan kesehatan jiwa di Indonesia melalui transformasi layanan primer. Upaya ini meliputi langkah promotif seperti pengasuhan positif dan program Pertolongan Pertama pada Luka Psikologis (P3LP), hingga layanan rehabilitatif berupa peningkatan kapasitas Rehabilitasi Medis NAPZA di puskesmas.
“Dengan ketahanan mental yang kuat, masyarakat akan lebih siap menghadapi berbagai krisis, baik alam, sosial, maupun digital,” tegas Imran. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Kemenkes Tegaskan Ketahanan Mental Masyarakat Kunci Hadapi Krisis Alam Sosial dan Digital
Pewarta | : Rochmat Shobirin |
Editor | : Imadudin Muhammad |